Minggu, 18 April 2010
Bali juga Punya Museum yang Menarik
MELANCONG ke Bali tidak cukup hanya melihat keindahan pantai dan keseniannya. Di sana ada pula museum-museum yang patut dikunjungi.
Setidaknya terdapat 30 museum tersebar di seluruh Pulau Dewata ini, sebagian besar di Denpasar, Sanur, Ubud, dan Klungkung. Selain museum, masih terkait nilai kesejarahan beberapa situs menjadi daya tarik untuk dikunjungi pula.
Mari kita mulai jalan-jalan ke Denpasar. Di ibukota Provinsi Bali ini ada beberapa museum yang 'wajib' dikunjungi yakni Museum Bali dan Museum Braja Sandhi.
Museum Bali berlokasi di Jl Mayor Wisnu Denpasar, tepat di depan alun-alun Puputan tidak jauh dari Kantor Gubernur Bali. Di kompleks itu selain menyimpan koleksi benda-benda purbakala, ada pula koleksi rumah adat dari seluruh kerajaan di Bali, yang mirip pura dengan atap ijuk. Di era modern, rumah-rumah adat ini sudah ditinggalkan karena biaya pembuatan dan perawatannya cukup mahal.
Lokasi Museum Bali berada di pusat pemerintahan dan masyarakat meyakini Kantor Gubernur Bali ini bekas kerajaan Badung, salah satu kerajaan besar di Bali. ''Keyakinan itu berdasarkan temuan tempat pemujaan di lokasi tersebut,'' kata Anak Agung Gede Agung dari Pokja Perlindungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali.
Sayang tidak ada yang tersisa dari kemegahan kerajaan Badung itu. Ada kemungkinan hancurnya kerajaan Badung itu akibat perang Puputan. Hanya tempat pemujaan saja yang masih bisa dilestarikan. Masih di sekitar kompleks pusat pemerintahan Bali Anda bisa bergeser ke Museum Braja Sandhi.
Dari pintu gerbang terlihat sebuah bangunan tinggi dari batu mirip candi. Ternyata itulah museum Braja Sandhi atau Museum Perjuangan Rakyat Bali, yang berlokasi di Jl Niti Mandalan Renon. Di museum inilah kunci jawaban sejarah Bali mulai sebelum 3000 Masehi sampai sekarang.
Bangunan museum ini cukup unik. Ada kolam air, dan tangga menuju ke lantai teratas. Dari sana Anda bisa melihat pemandangan kota Denpasar. Namun bagi perempuan yang sedang haid dilarang naik dengan alasan tempat tertinggi merupakan tempat suci.
Dari Denpasar Anda bisa menuju ke museum lain di Sanur. Jarak antara Denpasar-Sanur hanya 30 menit dengan kendaraan mobil. Bila Anda mencapai Pantai Sanur, sebelum asyik berselancar di pantai, mampirlah dulu ke Museum Le Mayeur yang letaknya persis di tepi pantai, berdekatan dengan para penjual kerajinan.
Dulunya museum ini merupakan rumah pribadi pelukis Andrienn Jean Le Mayeur De Merpres asal Ixxelles Brussel. Le Mayeur mulai menetap di Bali pada 1932. Menikah dengan penari Legong Ni Nyoman Pollok tanpa dikarunia anak.
Museum ini menyimpan 87 koleksi lukisan yang dibuat Le Mayeur, di atas kanvas yang terbuat dari karung goni. Rumah tersebut masih asli berikut perabotan pribadi pasangan Mayeur dan Pollok. Ada yang unik dari museum yang menjadi langganan tamu-tamu besar terutama para kepala negara dari berbagai negara.
Di dalam rumah Le Mayeur semua bernuansa merah. Ada seperangkat meja kursi kayu warna merah dengan ukiran Bali klasik, ruang tidur, ruang tamu, dan lukisan-lukisan tua dengan nuansa merah pula. Le Mayeur meninggal pada 1958, sedangkan Nyoman Pollok meninggal pada 1985. Rumah pribadi mereka diserahkan kepada Pemda Bali untuk dijadikan museum Le Mayeur.
Ubud
Ubud, merupakan nama desa yang cukup populer di Bali karena sebagai pusat seniman. Di sinilah seniman lukis Bali dari sang maestro Lempad sampai generasi terkini, berkumpul dan berkarya.
Di Ubud ada beberapa museum di antaranya Museum Rudana. Inilah museum yang memiliki konsep human being atau manusia seutuhnya. Pemiliknya Nyoman Rudana dan berlokasi di Jl Cok Rai Pudak Peliatan, Ubud.
Museum ini berisikan koleksi patung dan lukisan dari para maestro seni dunia. Sebagaimana konsep yang diusung adalah manusia seutuhnya, museum ini dipadukan dengan hamparan sawah menghijau.
Setiap Agustus para pengunjung museum disertakan untuk mengikuti tanam padi di belakang museum. Oleh sebab itu Rudana tetap mempertahankan sawah, bebek, burung-burung liar.
Sekitar 30 menit dari Museum Rudana, ada Museum Neka yang khusus menampilkan koleksi lukisan seniman Ubud dan keris. Namun masyarakat luas lebih mengenal Museum Neka ini sebagai museum keris. Pemiliknya Wayan Suteja Neka merupakan keturunan pembuat keris ternama di Bali, Pande Pan Nedeng yang hidup di masa kekuasaan Raja Peliatan Ubud, Ida Dewa Agung Djelantik (1823-1845). Koleksinya ada 217 keris, 18 di antaranya bertuah dan milik raja-raja Bali.
Ada beberapa keris yang dianggap bertuah dan memiliki nilai sejarah tinggi yakni Ki Baju Rante dari kerajaan Karangasem, Ki Gabak Petya dari Buleleng, Tantri dari kerajaan Gelge, Ki Tadah Langkung dari kerajaan Penjeng, dan lainnya.
Museum yang berlokasi di Jl Raya Sanggingan Ubud ini selalu mengadakan upacara bersih keris setiap enam bulan sekali. Ritual bersih keris ini juga bagian dari paket wisata. Bertetangga dengan Museum Neka, ada Museum Arma. Melihat sekilas museum
Arma tampak seperti bukan museum. Halamannya luas dan terdapat resort. Di sana Anda bisa bertemu turis-turis asing sedang belajar tari Pendet, mengayam, les memasak, melukis dan sebagainya.
Arma merupakan singkatan dari Agung Tai Museum of Art. Koleksinya merupakan manifestasi sang pemilik Agung Rai. Museum yang berlokasi di Jalan Raya Pengosekan Ubud ini mengoleksi lukisan-lukisan kuno karya seniman Bali dari Abad-13 sampai sekarang yang dituangkan di atas kulit kayu. Di museum ini juga tersimpan satu-satunya karya seniman Jawa abad 19 Raden Syarif Bustaman dan pelukis Jerman Walter Spies.
Sumber: http://www.mediaindonesia.com/mediatravelista/index.php/read/2010/04/18/596/2/Bali-juga-Punya-Museum-yang-Menarik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar