Sabtu, 17 April 2010

Multitasking Ada Batasnya

SERING mengerjakan beberapa tugas sekaligus? Ada baiknya mulai mengerjakan satu per satu atau dua paling banyak. Pasalnya, peneliti dari Prancis menemukan bahwa manusia tidak bisa mengerjakan lebih dari dua pekerjaan rumit secara bersamaan.

Bukan berarti Anda tidak bisa berjalan sambil menguyah permen karet. Tapi, kemungkinan Anda tidak akan bisa berbicara mengenai astrofisika di telepon sambil mengitung pajak. Dan tentunya Anda akan semakin kesulitan jika menambahkan soal persamaan kalkulus ke dalam dua tugas tersebut, paling tidak jika Anda ingin mengerjakan tugas-tugas tersebut dengan baik.

"Hal ini menunjukkan bahwa Anda hanya bisa mengerjakan dua hal sekaligus, tapi tetap saja kedua tugas ini memerlukan perhatian kemampuan kognitif," tutur Mark Mapstone dari University of Rochester Medical Center di Rochester, New York, seperti dikutip situs healthday.com, Kamis (15/4).

Apa penyebabnya? Otak manusia, terang Mapstone, mempunyai dua lobus yang berbagi tanggung jawab seimbang saat dua pekerjaan dilakukan pada saat bersamaan.

"Tiga tugas sekaligus melebihi kapasitas fungsi frontal manusia. Dua tugas masih baik-baik saja," papar co-author studi Koechlin."Kesadaran manusia pada dasarnya bersifat rangkap." Hal ini, terang dia, bisa menjelaskan mengapa orang-orang menyukai dua pilihan dan kesulitan jika dihadapkan dengan banyak pilihan."Orang dengan mudah beralih antara dua pilihan sebelum membuat keputusan, tapi tidak saat dihadapkan pada tiga pilihan."

Temuan ini, terang dia, mempunyai aplikasi dalam kehidupan nyata. "Lobus depan/frontal merupakan fungsi otak manusia yang paling rapuh dan akan berubah seiring penuaan dan rusak pada sebagian besar penyakit neuropsikiatri (skizofrenia, autisme, kepikunan dan depresi," terang Koechlin, seorang profesor dari French National Institute for Health and Medical Research di Paris. Memahami cara kerja fungsi lobus frontal, terang Koechlin, sangat penting untuk memahami penuaan kognitif dan sifat perubahan neuropsikiatri mental."

Selain itu, menurut Dr. Fatta B. Nahab dari University of Miami Miller School of Medicine, temuan ini juga mempunyai aplikasi praktis penting terhadap keselamatan di jalan raya (seperti kontrol lalu lintas udara, atau mengemudi sambil menggunakan ponsel) dan gangguan neurologis seperti kepikunan (kemampuan multitasking sudah hilang).

"Mengetahui keterbatasan akan mencegah Anda melebihinya. Jadi, dalam urusan seperti kontrol lalu lintas udara, ada baiknya membatasi jumlah pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang dan membagi tanggung jawab dengan orang lain," terang Nahab.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan MRI fungsional untuk mempelajari otak partisipan saat mengerjakan tugas-tugas yang cukup rumit. Dalam skenario pertama, partisipan diminta mengerjakan dua tugas berbeda secara selang-seling. Dalam skenario kedua, partisipan diminta menunda satu tugas dan menyelesaikan tugas yang satunya.

Peneliti menemukan hasil yang mengejutkan. Saat partisipan menunda satu tugas (tidak berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas yang lain), dua lobus frontal menyala karena mereka fokus pada satu tugas.

Saat diperkenalkan tugas ketiga, terang peneliti, kesalahan semakin meningkat.

"Hal ini terjadi karena seolah-olah kedua lobus frontal mengejar target masing-masing," terang Koechlin."Temuan ini menunjukan bahwa fungsi frontal tidak bisa mengerjakan lebih dari dua tugas pada saat bersamaan." (IK/OL-08)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/04/17/2418/2/Multitasking-Ada-Batasnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar